Tuesday, April 7, 2015

LETS MAKE "LUBANG BIOPORI" *Tahap Penelitian Minggu Pertama*

Safira Ayu Danashfati
LI21-1801430180
Selasa, 6 April 2015
15.00 WIB

Tepat seminggu setelah proses pengerjaan yaitu Hari Selasa, 6 April 2015 saya dan teman-teman kelompok mendatangi lokasi Lubang Resapan Biopori kami. Hal pertama yang mencuri perhatian saya adalah tepat disekeliling lubang biopori kami begitu lebat ditumbuhi rumput-rumput yang telah banyak tumbuh. Saya ingat sekali padahal sewaktu kami datang ke lokasi pertama kali, tempat lubang biopori kami cukup rindang dan sepi dari rerumputan. Berikut adalah kumpulan foto-foto saat kami mendatangi Lubang Resapan Biopori minggu pertama kami : 



























Hal-hal yang saya pelajari di minggu pertama adalah :
1. Kedisplinan dan tepat waktu untuk mengelola kesuksesan Lubang Resapan Biopori
2. Ketekunan untuk mengamati proses kegiatan
3. Meningkatkan kesadaran diri akan menjaga lingkungan alam
4. Saat kita memasukkan daun-daun yang gugur kedalam lubang maka akan mengundang ulat-ulat dan mikroorganisme lainnya berkumpul disekitar lubang, semakin banyak ulat dan mikroorganisme disekitar tanah maka tanah tersebut akan menjadi lebih subuh dan ditumbuhi oleh banyak rerumputan.

LETS MAKE "LUBANG BIOPORI" *Tahap pengerjaan*

Safira Ayu Danashfati
LI21-1801430180
Rabu, 15 April 2015



     Sejujurnya ini adalah kali pertama saya membuat lubang biopori dan i feel very excited! Bahasan yang akan sangat menarik buat teman-teman yang belum pernah membuat biopori, disamping kegunaannya demi menyelamatkan sentuhan kecil untuk bumi kita membuat biopori sangat mudah dan cepat apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh! 
     Pembuatan Lubang Resapan Biopori bukannya susah, tetapi memang membutuhkan daya tenaga lebih terutama untuk menggali tanahnya. Sebelum masuk ke tahap-tahap pembuatannya, saya akan menjelaskan kembali sedikit mengenai fungsi biopori ini. Biopori atau yang biasanya disebut sebagai Lubang Resapan Biopori ini mempunyai dwifungsi atau dua fungsi. Fungsi yang pertama bisa dijadikan sebagai lubang resapan dan fungsi keduanya saat kita memasukkan sampah organik berupa dedauan yang gugur bisa dijadikan pupuk kompos, lho! Disamping menyenangkan, pembuatan biopori tidak asal-asalan lho, disini kita harus mampu mengihitung semua hal dari mulai jarak, mekanisme kerja biopori, proses penguraian, dan lain-lain. Berikut adalah penjelasan mengenai alat dan bahan serta cuplikan foto dari saya dan teman-teman kelompok yang bekerja pada hari Selasa, 31 Maret 2015 lalu.

Alat dan bahan yang dibutuhkan :
1. Alat bor manual : Model U. Alat tersebut kami beli langsung via SMS ke Institut Pertanian Bogor (IPB).





















2. Pipa Paralon : Sepanjang 5 meter kami potong-potong menjadi 10 potong sama rata sepanjang 50                               cm satunya.
    Tutup plastik : Tutup plastiknya kami bolongin sendiri mengunakan bor listrik


3. Sarung Tangan 



     Berikut adalah langkah-langkah yang saya dan teman-teman kerjakan untuk menyelesaikan Lubang Resapan Biopori :
1. 


   Langkah pertama adalah memastikan tanah yang akan kita gali tingginya sama rata dan di tempat yang cukup lowong untuk 10 lubang. Lokasi yang kita dapatkan berada di sebuah tanah luas milik perusahaan yang di tempati oleh masyarakat di depan indomaret tepat di pertigaan rawa belong. Disana kita di temani oleh Bapak Soleh selaku perwakilan masyarakat yang mengelola tanah kosong tersebut. Setelah mendapatkan tanah yang pas, kemudian saya mulai mencoba menggali tanah menggunakan alat bor manual. Wah rasanya berat dan keras sekali saat pertama kali mencoba menggali tanah tersebut, tapi walaupun tidak meminta bantuan teman yang cowok, ternyata saya mampu menyelesaikan 1 lubang dengan hasil usaha saya sendiri kira-kira sepanjang 55 cm lebih untuk diisi dengan pipa paralon dan ukuran diameter pipanya sendiri sepanjang 3 inci sudah sesuai dengan diameter alat bor manual saat membentuk sebuah lingkaran. Agar pipa paralon bisa masuk sempurna ke dalam lubang, saya harus memastikan sepanjang tanah yang saya gali tidak ada batu-batuan ataupun akar tanaman didalamnya. Karena setelah menggali satu lubang, teman-teman saya mempercayai saya untuk membantu menggali tanah yang lainnya dan saya menemukan akar tanaman yang cukup keras padahal saya sudah setengah perjalanan agar lubangnya tergali sempurnya. Wah, ternyata bukan berdandan saja yang membuat saya candu, menggali pun ternyata berhasil membuat saya candu! hehehe...

2.




















    Setelah 10 lubang terselaikan, tahap selanjutnya adalah menutup lubang-lubang tersebut dengan tutup plastik yang sebelumnya telah diberi lubang kecil menggunakan bor listrik. Yang terpenting adalah pastikan kalian memakai sarung tangan atau pelindung lainnya yang sejenis agar terhindar dari kuman dan penyakit, Lalu untuk memastikkan bahwa lubang dan pipanya tidak akan longsor atau bergoyang saat ada hujan lebat, pastikan disekitar permukaan lubang ditutupi dengan tanah padat. Alternatif lainnya adalah dengan memberi semen di sekitar lubang agar jauh lebih kuat, tetapi karena kami menggunakan lokasi perusahaan jadinya kami hanya memperkuat lubang dengan tanah padat.

3.




















    Langkah terakhir adalah mengisi lubang dengan sampah dapur, dedaunan, pangkasan tanaman atau rumput, dan sampah kebun. Dikarenakan lingkungan di sekitar lokasi penuh dengan daun-daun yang berguguran maka kami mengisi lubang dengan dauh-dauh tersebut untuk memulai proses penguraian.

    Bagaimana? Simple bukan proses pengerjaannya? Kami hanya membutuhkan waktu dua jam untuk menyelesaikan segala aktivitas karena menggali tanah sedalam 50 cm lebih sebanyak 10 lubang cukup menguras banyak tenaga kami. Selanjutnya kami tinggal menunggu waktu seminggu kemudian untuk melihat kembali kelanjutan proses dari Lubang Resapan Biopori kami, yaitu adalah penguraian.


Safira Ayu Danashfati
LI21-1801430180

Monday, April 6, 2015

LETS MAKE A CHANGE!






     Terkadang saya merasa begitu miris dengan banyaknya bencana banjir melanda di berbagai tempat, khususnya Ibu Kota Negara Indonesia yaitu, Jakarta. Tapi begitu banyak pula oknum-oknum yang saling menyalahkan bahkan ke pemerintahan sendiri, yang lebih parahnya lagi banyak orang-orang yang berdemo untuk menuntut pemerintah melakukan tindakan untuk menanggulangi banjir. Faktanya, pernah ngga sih terlintas justru banjir itu bermula dari diri kita sendiri? Saya percaya yang namanya "Aksi sama dengan Reaksi",jadiapapun tindakan yang kita lakukan yang baik dan buruk pasti akan menghasilkan sesuatu yang searah dengan tindakan yang kita lakukan. Sering kali saya melihat orang-orang yang belum tergerak hatinya untuk menjaga ibu pertiwi kita yang kian tua dan renta ini. Membuang sampah-sampah bekas makanan dan minuman di pinggir jalan, pengemudi kendaraan membuang ludah dan putung rokok di tengah jalan sembari menyetir, dan masyarakat yang gemar menaruh sampah rumahnya di sembarang tempat. Sebenarnya saya bukan bermaksud untuk menyalahkan pelaku-pelaku yang hanya saya sebutkan diatas,tapi sejujurnya itulah yang sering kali terjadi di depan mata saya. Alasannya adalah karena sedang di tengah jalan, tidak ada tempat sampah di sekitarnya, bahkan ada yang sampai bilang "Ya saya sih ikut-ikutan aja, tuh, banyak yang buang sampah sembarangan juga!". Betapa mirisnya saya mendengar ucapan-ucapan tersebut. Padahal penumpukkan sampah yang takterkendali di berbagai tempat bisa menutup aliran air untuk membawanya ke gorong-gorong dibawah tanah.

Saya rasa potongan gambar diatas sudah sangat menjelaskan pernyataan "Aksi sama dengan Reaksi" seperti yang telah saya jelaskan diatas. Seharusnya masyarakat lebih berkaca kepada diri sendiri dengan "Apa yang telah saya berikan kepada bumi ini?" bukan "Apa yang telah bumi ini berikan kepada saya?"



     Sudah lama sebenarnya saya ingin melakukan tindakan kecil tetapi berarti untuk menjaga dan mempertahankan kesehatan dan kebersihan lingkungan kita dari banjir. Alhamdulillah, dari mata kuliah Character Building yang di pimpin oleh Pak Ketut dari kampus saya di Bina Nusantara, kelas kami dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 7 orang untuk mengelola 10 lubang biopori. Biopori adalah lubang sedalam 50-100cm dengan diameter 10-30cm, dimaksudkan sebagai lubang resapan untuk menampung air hujan dan meresapkannya kembali ke tanah. Biopori memperbesar daya tampung tanah terhadap air hujan, mengurangi genangan air, yang selanjutnya mengurangi limpahan air hujan turun ke sungai. Dengan demikian, mengurangi juga aliran dan volume air ke sungai ke tempat yang lebih rendah, seperti Jakarta yang daya tampungnya sangat minim karena dipenuhi oleh banyaknya bangunan,
     Perlu anda ketahui, teknologi biopori yang dicetuskan oleh Ir. Kamir R. Brata, Msc dari Institut Pertanian Bogor (IPB) ini memanfaatkan aktivitas organisme kecil dan dan daun-daun kering untuk menguraikan sampah organik di dalam lubang. Makhluk-makhluk yang hampir tidak pernah hadir didalam ruang sadar kita ini membuat lubang-lubang kecil di dinding lubang selama proses penguraian. Dalam waktu 2-4minggu,proses penguraian menghasilkan pupuk yang berguna sebagai nutrisi tanaman dan menyehatkan tanah.
   Pada postingan selanjutnya saya akan membahas tentang cara pembuatan dan pengelolaan lubang biopori.


Safira Ayu Danashfati
LI21-1801430180